Tahukah anda! bahwa album rekaman Piringan hitam dengan kecepatan putar 33 ⅓ rpm dikenal dengan istilah LP (long play), biasanya terbuat dari bahan vinil, piringan hitam (phonograph records), umumnya memiliki diameter 10 dan 12 inci.
Secara teknis piringan hitam; Tipe Media: Audio playback; Format Penulisan: Analog grooves; Kapasitas: maksimum 25 menit per sisi; 2 sisi, dengan total kapasitas 45 to 50 menit; Alat pemutar: Stylus (diera 70-an di Indonesia dikenal denga istilah pekap atau mungkin pick-up); Dimensi: 30 cm dan 25; Berat: 90-200 grams; Fungsi: Audio storage.
Prototipe pertama dari piringan hitam adalah disc gramofon, yang dikembangkan oleh Western Electric dan diperkenalkan pada tahun 1926. Dengan durasi empat menit pada putaran 78 rpm; konsep ini tidak dapat diterima, karena dibutuhkan minimal 11 menit. Diameter disk meningkat dari 10 inci (25,40 cm) menjadi 16 inci (40,64 cm), dan kecepatan itu diperlambat menjadi 33 ⅓ putaran per menit.
Piringan Hitam diperkenalkan oleh RCA (Radio Corporation of America ) pada tahun 1931 dan di ikuti oleh Columbia pada tahun 1948, dan diakui sebagai format rilis pertama untuk rekaman musik, yang kedua dengan durasi yang di perpanjang atau dikenal dengan istilah EP (extended play) dimana rekaman musik yang ada di dalam piringan ini lebih dari satu tetapi terlalu pendek untuk memenuhi syarat sebagai album penuh atau LP (long play).
Menurut Ricardo Baca dari The Denver Post, “EPs — originally extended-play ‘single’ releases that are shorter than traditional albums — have long been popular with punk and indie bands.”
Pada awalnya rekaman LP (long play) hanya tersedia dalam format mono, pada tahun 1957 format stereo LP baru muncul. Pada 1970-an, perkembangan piringan hitam mencapi puncaknya dengan format suara quadraphonic (empat-channel). Namun format emapt-channel tidak sepopuler format streo karena keterbatasan alat pemutar nya.
Ada beberapa alat untuk memutar piringan hitam, salah satunya adalah phonograph. Cara kerja piringan hitam sama saja disemua alat pemutarnya, yaitu dengan menggunakan stylus, yang berbentuk seperti jarum yang berada di pinggiran piringan hitam. Stylus itu berfungsi untuk mencatat simpangan gelombang suara yang direkam di piringan hitam dan kemudian meneruskannya ke alat pengeras suara.
Di Indonesia sendiri, piringan hitam mulai digunakan sebagai alat perekam sekitar tahun 1957. Perusahaan rekaman yang berjaya saat itu dan memproduksi piringan hitam adalah Lokananta di Surakarta dan Irama di Menteng. Beberapa artis seperti Koes Bersaudara, Titiek Puspa, dan Lilies Suryani adalah yang merekam lagunya di perusahaan rekaman tersebut dalam format piringan hitam. Pada masa itu di Indonesia, piringan hitam termasuk mahal, ditambah lagi dengan alat pemutarnya, jadi tidak semua orang di Indonesia memilikinya. Itulah salah satu faktor yang menyebabkan piringan hitam kurang terkenal di Indonesia.
Dari segi fisik, piringan hitam besar dan agak berat, Beratnya kira-kira 90-200 gram. Intinya tidak praktis untuk membawa piringan hitam kemana-mana. Akan tetapi kelebihannya adalah piringan hitam tidak mudah rusak dan suara yang direkam bagus. Jadi selama platnya tidak tergores, sebuah piringan hitam tidak akan bermasalah.
Namun ada bagian yang lebih menarik dari piringan hitam ini yaitu cover/sampul; beberapa cover yang teman-teman dapat nikmati dan review, namun untuk kali ini saya hanya menampilkan cover piringan hitam Elvis Presly: